Bincang santai dan senyum ramah mewarnai kegiatan makan malam di kediaman H. Syafi’i, Tokoh Masyarakat Dusun Goleng, Desa Terkesi, Kabupaten Grobogan. Makan malam dilaksanakan sekitar pukul 20.00, cukup larut mengingat undangan untuk bersantap sebenarnya diutarakan perwakilan warga selepas bada maghrib, sekitar pukul 18.30. Namun karena pada hari itu, 25 September 2021, Tim Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Diponegoro (Undip) bersikeras untuk menyelesaikan instalasi mesin pengolahan air di Masjid Jami’ Baitul Jamal, akhirnya kegiatan makan malam menjadi molor meskipun tidak mengurangi suasana keakraban antara warga dan tamunya tersebut. Tim LPPM Undip yang diwakili oleh Dista Yoel Tadeus, S.T.,M.T., Fakhruddin Mangkusasmito, S.T., M.T., dan Drs. Eko Ariyanto, M.T., selaku dosen STr. Teknologi Rekayasa Otomasi dan dosen STr. Teknik Listrik Industri Sekolah Vokasi Undip beserta tim teknis dan sejumlah warga Dusun Goleng, termasuk tuan rumah H. Syafi’i, mereview kembali seluruh rangkaian kegiatan yang dilaksanakan hari itu. Dalam kesempatan itu pula H. Syafi’i juga turut menceritakan dinamika pembangunan Masjid yang berlokasi dekat dengan perbatasan Kabupaten Purwodadi-Kudus. Beliau menuturkan bahwa seluruh rangkaian kegiatan ini dilakukan secara swadaya oleh masyarakat Dusun Goleng, “Mboten wonten ingkang dibayar”, ujar H. Syafi’i, untuk menggambarkan bagaimana masing-masing warga mengambil perannya sendiri-sendiri, menjadi pemasok semen, batu, pasir, ahli pompa, pembuat proposal dana, maupun menjadi tukang batu dadakan yang diwaktu luangnya masih harus berangkat ke sawah, memastikan padi yang ditanam tetap tumbuh dengan sehat.
Gambar 1. Masjid Jami’ Baitul Jamal, Kab. Grobogan
Persinggungan antara warga Dusun Goleng dan Tim LPPM Undip diawali dari selesainya proses pembuatan sumur sedalam kurang lebih 100 meter di area Masjid. Pembuatan sumur bor tersebut dimaksudkan untuk menyediakan kebutuhan air bersih bagi warga dusun. Namun kualitas air yang dihasilkan dari sumur tersebut belum memenuhi standar air bersih, air yang dihasilkan memilikki aroma belerang yang kuat, temperatur tinggi (38 ̊C) dan terlihat keruh secara visual, disamping itu air juga memiliki rasa asin. Panitia pembangunan masjid akhirnya berinisiatif mengajukan surat dan proposal permohonan bantuan tertanggal 21 Februari 2021, kepada Rektor Universitas Diponegoro (Undip), Prof. Dr. Yos Johan Utama, S.H., M.Hum untuk mengidentifikasi permasalahan tersebut. Permohonan tersebut ditindaklanjuti oleh LPPM Undip melalui Surat Penugasan Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat No: 186-50/UN7.6.1/PM/2021, yang berujung pada kegiatan instalasi sistem filtrasi air dari produk sumur bor di Masjid Jami’ Baitul Jamal. Secara umum sistem filter ini terdiri dari 3 sub sistem utama, yaitu sistem aerator yang berfungsi untuk meningkatkan kadar oksigen dalam air, kemudian sistem filter yang berfungsi menyaring partikel-partikel pengotor dalam air, pada sistem ini digunakan jenis sand filter dan cartridge filter, dan terakhir adalah water reservoir yang digunakan untuk menampung hasil akhir produk pengolahan berupa 3 buah tandon berukuran 1200L.
Gambar 2. Proses Instalasi Mesin Pengolahan Air
Pada kesempatan makan malam tersebut, H. Syafi’i mewakili warga juga mengucapkan rasa syukur dan terima kasih atas perkenanan Undip merespon permasalahan yang dialami warga Dusun Goleng dengan memberikan solusi riil penyediaan akses air bersih bagi warga. Air hasil pengolahan tersebut dia nilai jauh lebih baik, terutama karena aroma menyengat belerang jauh berkurang, lebih bening, dan temperatur air yang lebih rendah dibandingkan produk awal sumur bor, sehingga dapat digunakan warga dengan lebih nyaman. Lebih jauh warga juga sangat berharap Undip dapat membantu impian warga desa bahwa air hasil pengolahan tersebut nantinya dapat digunakan secara layak sebagai air minum, dan memenuhi sebagian kebutuhan warga sehari-hari di Desa Terkesi, hal ini dikarenakan seluruh warga desa hingga saat ini masih harus membeli air mineral untuk kebutuhan minum, akibat terbatasnya akses air layak minum.
Gambar 3. Serah Terima Unit Pengolahan Air Sumur Dalam